Kamis, 16 Juli 2015

opiniku tentang pasar tradisional

      Pasar Tradisional dan MEA ( Masyarakat Ekonomi ASEAN )

Selama tiga hari belakangan ini, saya melakukan observasi di sebuah pasar di kecamatan Pedan, Klaten. Nama pasarnya adalah pasar Keden. Dulu di Pesan sendiri hanya ada satu pasar utama letaknya di belakang Amigo Pedan . Beberapa tahun yang lalu pasar Pesan mengalami renovasi dan mengharuskan para pedagang di alokasikan di dua tempat yaitu di Keden dan Kedungan. Setelah pasar Pedan jadi para pedagang diminta untuk pindah namun banyak yang ang menolak karena harga sewa yang terlalu mahal, jadi banyak pedagang yang tetap berjualan di pasar Keden dan Kedungan.

Selama tiga hari ini saya observasi di pasar Keden. Dipasar Keden ini banyak pedagang yang berjualan baik itu sayur-sayuran, lauk pauk,  makanan tradisional dan lainnya. Banyak pedagang pasar keden tidak mengetahui adanya MEA pada Desember 2015. Banyak diantara mereka beranggapan MEA kuwi pangan opo ( MEA itu makanan apa). Sosialisasi mengenai MEA sebenarnya telah di galakan pemerintah pada tahun 2013. Dan persiapan untuk menghadapi MEA bagi Indonesia saja di siap akan hanya dalam kurun waktu 2 tahun. Pertanyaannya apakah Indonesia mampu???, pertanyaan itu bisa dijawab saat MEA berlangsung. 

Selama tiga hari disini saya mewawancarai seorang pedagang salah satunya bu Parmi,  bu parmi ini adalah pedagang makanan snack trasional. Saya mewawancarai beliau karena lapak dagangannya ramai. Saat saya tanya berapa pendapatan per harinya dia menjawab ya bisa 300ribu bisa lebih bisa kurang rata - rata sebegitu menurut beliau. Menurut beliau pula uang yang diperoleh itu langsung dibelikan dagangan lagi agar uangnya bisa mengalir lagi. 

Saat saya tanya kalau ada barang dari luar apakah ibu mau membelinya??, ibunya menjawab beli barang dagangan yang dalam saja udah mahal apalagi luar, apa tidak mahal jawabnya. Jadi ibunya lebih milih dagangan dari dalam negeri, mungkin karena ibunya takut ngambil ressiko entar rugi apa tidak soalnya ibunya usianya paruh baya. Saya juga melontarkan pertanyaan kalau banyak pedagang pasar yang lebih memilih jajanan dari luar dan banyak diburu para pembeli apakah ibu mau pindah haluan??. Ibunya tetap bersikekeh tidak mau pindah udah mbak belinya ngak usah pindah pindah rejeki udah ada yang ngatur. Biasa yang beli di sini itu siapa bu??, biasanya para bakul ( pedagang kecil rumahan). Ada juga yang lain kok dik macam macam yang beli.

Dari beberapa pertanyaan yang saya tanyakan ternyata ibunya ini menyukai produk lokal. Hal ini sangatlah baik dengan mencintai produk lokal maka produk lokal dapat bersaing dengan produk luar. Maka dari itu sejak dini kita harus menanamkan cinta produk dalam negeri pada generasi muda sekarang. Dengan begitu maka kita akan membantu para pengusaha pengusaha kecil dalam menjalankan usahanya.

Di pasar Keden ini jumlah pedagang nya kurang lebih 100 pedagang. Dan kebanyakan yang berjualan di sini itu adalah ibu ibu yang rata rata usianya 30 sampai 80 tahun. Dipasar ini pula juga diadakan arisan ibu ibu dimana setiap harinya di tariki 20ribu per ibu ibu. MEA akan berlangsung beberapa bulan lagi, semoga dengan berlangsungnya MEA besok para pedagang dipasar tradisional khususnya dapat bersaing. Pemerintah setidaknya mengadakan sosialisasi tentang MEA tidak hanya di kalangan menegah atas tetapi juga kalangan menengah bawah karena sebagian besar penduduk indonesia berada di lingkaran menengah kebawah. Sebaiknya para generasi indonesia itu wajib mencintai produk dalam negeri pula, jangan ngaku cinta indonesia kalau semua barangnya itu buatan dari luar negeri. Buatan dalam negeri tak kalah kualitasnya dengan buatan luar negeri kok. Untuk kamu para generasi penerus sesekali datangilah pasar tradisional rasakan sensasinya beli di sini. Banyak orang beranggapan pasar tradisional itu kumuh, jorok panas, Itu semua tergantung pemikiran dari individu nya sendiri. Ubalah pemikiran tersebut dan mulailah beli di pasar tradisional. 

Jangan hanya beli di mall ataupun pusat perbelanjaan yang lain mulai sekarang deh coba untuk belanja di pasar tradisional, kalau tidak kita yang melestarikan pasar tradisional siapa lagi, kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau tidak aku, kamu kalian siapa lagi.Mungkin juga saat MEA berlangsung para pedagang di pasar tradisional itu tidak terlalu terpengaruh, karena hampir semua yang dijual dari pedagang ini berasal dari dalam negeri.
Sumber observasi di pasar Keden Pedan Klaten. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar