Jumat, 03 Juli 2015

diskusi perdana Mea masyarakat ekonomi asean

DISKUSI PERDANA BEM FAKULTAS PERTANIAN KABINET SELARAS BERSINERGI 2015
PERTANIAN DI ERA MEA 2015
ASEAN merupakan organisasi Negara – Negara di Asia Tenggara yang terbentuk sejak 1967 dengan tercetusnya  Deklarasi Bangkok. Dimana terbentuknnya ASEAN ini di prakasai oleh lima Negara yaitu Indonesa, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina. Terbentuknya ASEAN terjadi dikarenakan bangsa- bangsa di  Asia Tenggara memiliki persamaan nasib yaitu sama – sama Negara bekas jajahan dari Negara luar. Tujuan di bentukknya  ASEAN adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi,kemajuan sosial dan perkembangan budaya. Selama  terbentuknya ASEAN ini  sudah ada beberapa bentuk kerja sama dalam bidang pereknomian . di dalam dinamikanya kerjasama eknomi ini diarahkan pada pembentukan Komunitas Ekonomi Asean ( AEC), atau yang lebih dikenal dengan sebutan MEA.
Pada diskusi kali akan membahas apa itu MEA, hubungan pertanian dan MEA itu apa. Pada penyampaian pemateri  yang pertama yaitu Saudara Nurdin Hidayatulloh menjelaskan mengenai MEA, menyangkut kerjasama bilatelar Negara – Negara dikawasan Asia Tengara yang terfokus pada bidang Ekonomi , politik dan budaya yang akan terlaksana ada tanggal 15 Desember 2015.  Didalam menghadapi MEA ini Negara – Negara di Asia Tenggara memiliki kesempatan untuk memppersiapakan diri sebaik – baiknya dalam menghadai MEA. Oleh karena itu sebaai Mahasiswa  juga harus berberan aktif dalam MEA yaitu dapat diwujudukn dengan mengawal keberlangsungan MEA. Untuk itu hal yag harus dipersiapkan Indonesia dalam menghadai MEA diantaranya meningkatkan daya saing produk, memperbaki kebijakan pemerintah pusat dan derah, sertaa memperbaiki infrastuktur yang mendukung dalam keberlangsungan MEA.
Didalam diskusi terbuka ini dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai angkatan di Fakultas Pertanian UNS. Saat sesi opini banyak mahasiswa yang memberikan opininnya mengenai MEA 2015 diantaranya yaitu Saudara Agus Wibowo selaku Presiden BEM FP UNS , dia memberkan opininya mengenai persangingan produk perdagangan. Didalam opininya da mengemukakan bahwa Indonesia saat ini belum cukup siap untuk menghadai MEA dikarenakan pangsa pasar luar negeri menetapkan standar tinggi ketika produk itu dipasarkan. Sedangkan di Indonesia standarisasi produk masih sangat rendah , contohny di khasus pertanian. Di petani masih banyak mengunakan pestisida berlebih untuk tanamannya, padahal pesisida tersebut dapat menjadi residu bila hasil olahan makanan tersebut masuk ke dalam tubuh manusia. Bila roduk tersebut di ekspor jelas asti tidak lulus standar internasinal. Maka dari itu diharapkan para petani mengembangkan pertanian organic agar bisa bersaing dengan produk luar ngeri. Seain saudara Agus Wiowo, ada Saudara  Ainun yang mengemukakan pendapatnya mengenai standari sasi di Indonesia. Hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki  standarisas yang merubah standarsasi itu menja lebih baik dengan menaikan mutu produk tersebut. Selain saudara Ainun, ada juga  saudara Muhammad Udin yang memberikan pendapatnya mengena MEA. Dia berpendapat  ketika diberlakukan MEA, maka barang – barang dari luar akan mudah masuk ke Indnesia , dengan begitu konsumen akan banyak yang berpaik ke roduk luar negeri yang menurut mereka kualitasnya lebih baik dari produk dalam negri.  Hal tersebut dapat mengakubatkan petani dan usaha – usaha menengah harus bersaing denngan produk luar, maka ar itu konsuen harus diajak untuk mencantai produk dalam negeri.
Selain saudra Nurdn Hidayatulloh ada pembicara yang lain yaitu ibu Erlyna WR, S.P ,M.P dosen Agribisnis Fakultas Pertanian UNS. Beliau menjelaskan bahwa MEA terbentuk dikarenakan kesepakatan Negara – Negara  ASEAN yang menginginkan pereknomian yang lebih merata dan berdaya saing tnggi. Sebelum ada MEA, sebenarnya dii ASEAN sudah ada bentuk – bentuk kerjasama di bidang eknomi tetapi dampaknya belum terasa manfaatnya. Inti dari di bentuknya MEA adalah mensejahterakan rakyat, mengurangi ketimpangan pendapatan per kapita. MEA dapat menjadi peluang bagi Indonesia dan tentunya dapat menjadi ancaman, menjadi peluang apabilla Indonesia bisa memanfaatkan dan mau menjadi yang terbaik, menjadi ancaman jika Indonesia itu langkah yang di tempuh dalam menghadapi MEA itu tetap. Tidak banyak lulusan sarjana itu mau menjadi pengusaha, mereka takut mengambil resiko terburuk bila menjadi pengusaha. Sebenarnya jika lulusan sarjana itu mau menjadi pengusaha , pemerintah sudah memfasilitasi para pengusaha tersebut.
Di bidang pertanian merupakan bidang yang paling fleksibel dan akan mudah diserang dari Negara lain. Untuk itu harus dikuatkan dari meberapa sudut. Di sector perkebunan sebenarnya Indonesia dapat memanfaatkannya dalam menghadapi MEA, Indonesia kan memiliki komoditi perkebunan yang kualitas bagus seperti, kopi, kelapa sawit , kakao dan lainnya hal itu dapat dimanfaatkan guna menghadapi MEA. Negara dikatakan maju apabila di Negara tersebut ada 5%  yang menjadi pengusaha. Tapi sayang di Indonesia jumlah pengusahanya kurang dari 2%, jadi Indonesia tidak dikatakan Negara yang maju.
Di Indonesia para lulusan S2 ataupun S3 ingin bekerjanya menjadi atasan disebuah perusahaan dan dapat gaji besar. Sedangkan diluar negeri orang yang lulusan S2 dan S3 bekerjanya langsung mengaplikasikan diri di masyarakat dan tidak bekerja di perusahan – perusahaan. Para pengusaha Indonesia juga kurang yakin dengan kemampuan tenaga kerja Indonesia mereka lebih mempercayai tenaga kerja yang berasal dari luar negeri. Padahal tenaga dari luar itu gajinya sangat besar,oleh karena itu yang harus diubah adalah andangan dari pengusaha untuk lebih menyakini kemampuan tenaga kerja local.
Dari penyampaiaan pemateri tadi dapat di tari beberapa kesimpulan diantaranya MEA terbentuk dikarenakan kesepakatan Negara - Negara di Asia tenggara yang menginginkan ekonomi yang berdaya saing dan merata. Pertanian merupakan sector yang mudah diserang saat MEA berlangsung, maka dari itu harus dikuatkan,. Indonesia harus memperbaiki mutu standarisasi agar barang yang di ekspor lolos ke pasar luar  negeri.  Sebagai mahasiswa itu harus adaptif dan iovatif.  

April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar